Jumat, 18 Januari 2013



MIKROBIOLOGI PANGAN
PROSE PEMBUATAN TAUCO



Latar Belakang
Tauco merupakan makanan tradisional Indonesia yang memiliki cita  rasa  khas dan telah umum digunakan sebagai bumbu penyedap dalam berbagai hidangan sehari hari, seperti tauge goreng, sambal tauco, dan berbagai hidangan sayur-sayuran dari kangkung,  buncis, kacang panjang dan sebagainya. Tauco diperoleh dari  hasil ferrnentasi kedelai dengan kapang dan dengan larutan garam.
Fermentasi merupakan cara untuk memproduksi berbagai produk yang menggunakan biakan mikroba melalui aktivitas metabolisme baik secara aerob maupun anaerob. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan akibat pemecahan kandungan bahan pangan tersebut (Marliyati 1992 dalam Achi 2010) sehingga memungkinkan  makanan lebih bergizi, lebih mudah dicerna, lebih aman, dapat memberikan rasa yang lebih baik (Rahayu 2003 Achi 2010) dan memberikan tekstur tertentu pada produk pangan  (Widowati 2003 dalam Achi 2010). Fermentasi juga merupakan suatu cara yang  efektif dengan biaya rendah untuk mengawetkan, menjaga kualitas dan keamanan makanan (Parveen dan Hafiz 2003 Achi 2010).  
 Fermentasi pertama digunakan kapang Aspergillus oryzae, Rhizopus digosporus atau Rllizopus oryzae. Perbandingan campuran kapang tersebut adalah 1:1:1 yang kemudian  dicampurkan  dengan  tepung  beras  ketan yang udah disangrai. Pada fermentasi tahap  kedua  digunakan larutan  garam 22,8 persen (Lisa 2011).

Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan tauco


METODELOGI

Waktu dan Tempat
Pengamatan ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 15 Desember 2012 jam 09.00–10.00. bertempat di pabrik kecap di Sungailiat.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah tampah, ember plastik, kompor, pengaduk kayu, kain saring, wajan besar, pengepres tutup botol, botol dan penutup. Bahan yang digunakan yaitu kedelai, air, gandum, garam dan gula aren.

Prosedur Kerja
1.      Bersihkan kacang kedelai kemudian cuci bersih hingga bersih.
2.      Rendam dalam air panas selama 5 menit. Ganti air perendamannya dengan air dingin dan biambkan selama 12 jam.
3.      Kupas kulit kedelai hingga berbentuk kepingin biji kedelai.
4.      Rebus kedelai selama 2 jam, tiriskan selama 1 jam (sampai dingin). Sisihkan.
5.      Campur tepung beras dan tepung ketan, sangrai hingga berwarna kuning.
6.      Tambahkan laru tauco atau ragi tempe, aduk rata.
7.      Ratakan kedelai di atas tampah, taburkan campuran tepung. Peram/fermentasi selama 3 hari.
8.      Jemur kedelai hingga kering kemudian haluskan gumpalan-gumpalannya.
9.      Larutkan garam dengan air. Masukkan campuran kedelai dalam wadah, tuang larutan garam. Tutup agak rapat dan param kembali selama 4 minggu.
10.  Tambahkan gula pada kedelai, masak hingga mendidih dan tidak terbentu buih-buih lagi.
11.  Kemas dalam botol yang sudah di sterilkan. Tauci siap dipasarkan.



HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan menunjukan bahwa pada pabrik kecap selama proses pembuatan tauco mengalami beberapa tahapan yaitu: perendaman, pencucian, pengukusan, penirisan, penambahan laru, fermentasi kapang, dan dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan garam (fermentasi garam) selanjutnya adalah penyempurnaan.










Gambar 1 Ruang pencucian kedelai              Gambar 2 Proses perendaman kedelai








Gambar 3 Proses penjemuran  kedelai              Gambar 4Ruang fermentasi
Tujuan dari perendaman kedelai pada tahap pertama adalah untuk memudahkan pengupasan kulit kedelai, mengembangkan biji kedelai dan untuk membantu mempercepat pengukusan atau perebusan. Makin lama waktu perendaman, menyebabkan pH larutan lebih rendah atau keasamannya naik, setelah 15 jam perendaman, pH mencapai sekitar 1,5-3,0. Kondisi tersebut optimum untuk pertumbuhan kapang. Perendaman dimaksudkan untuk mengaktifkan enzim-enzim yang ada dalam biji dan bakteri yang mampu bertahan dalam lingkungan berkadar O2 rendah (Djohan 1990 dalam Chapter 2011). Perendaman kedelai biasanya dilakukan semalam atau sekitar 20 sampai 22 jam. Berbeda dengan pembuatan tempe, pada pembuatan tauco sering ditambahkan tepung misalnya tepung beras, tepung ketan, atau gandum. Adapun tujuan dari penambahan tepung ini adalah untuk: Merangsang pertumbuhan kapang, menambah volume produk, menurunkan kadar air, sumber lignin, glikosida, dan asam glutamat (Lord 2011).
Perebusan kedelai dimaksudkan antara lain: untuk menambah pelunakan biji, untuk mengurangi atau membunuh bakteri-bakteri asam laktat dan mikrobia lain yang tumbuh selama perendaman, menonaktifkan tripsin inhibitor, mempermudah hidrolisis oleh enzim-enzim kapang karena protein dan karbohidrat struktur sel menjadi terbuka dalam keadaan alami tanpa perebusan sulit dihidrolisis oleh enzim (Suhartini et al 2006 dalam Chapter 2011).
Penirisan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada permukaan bahan, diikuti dengan penambahan tepung beras ketan atau tapioka, sehingga pertumbuhan jamur lebih optimal dan menghambat pertumbuhan kontaminan penyebab pembusukan.
Proses selanjutnya yaitu perendaman dalam larutan garam dilakukan dengan menggunakan konsentrasi antara 20-25% dan diketahui  optimal pada kadar 20% tetap stabil selama proses fermentasi (Rahayu 1989 dalam Chapter 2011). Di dalam fermentasi ini, enzim yang dihasilkan memecah komponen bahan menjadi lebih sempurna. (Indriani 1990 dalam Chapter 2011).
Waktu fermentasi untuk pembuatan tauco yaitu sekitar 3-6 hari, tergantung pada jenis dan pertumbuhan kapang, dan optimal terjadi  pada suhu 30-37,5oC. Makin lama waktu fermentasi akan diikuti kenaikan pH karena adanya peningkatan kelarutan protein. Tempat dan kondisi lingkungan fermentasi, menentukan jenis mikroba yang tumbuh dan kecepatan proses fermentasinya. Makin lama waktu fermentasi, biji kedelai makin lunak. Selama fermentasi tauco terjadi perubahan-perubahan dari senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih  sederhana. Hal ini disebabkan oleh keragaman enzim-enzim yang dihasilkan oleh kapang. Selama fermentasi enzim-enzim yang berperan yaitu lipase, amilase dan protease yang membantu dalam pemecahan  protein, lemak, dan karbohidrat di  dalam kedelai (Suwaryono dan Ismeini 1988 dalam Chapter 2011).
Proses fermentasi pada pembuatan tauco melibatkan banyak mikroorganisme yaitu salah satunya kapang dan kamir. Fermentasi kapang berlangsung dalam keadaan aerob, jika proses fermentasi dalam keadaan kurang O2 menyebabkan pertumbuhan kapang terhambat. Kondisi anaerob akan menyebabkan tumbuh bakteri anaerob penghasil racun, seperti Clostridium botulinum. Oksigen yang berlebihan juga merugikan, karena menyebabkan permukaan biji kedelai menjadi kering, sehingga pertumbuhan kapang terhambat. Selain O2 faktor yang mempengaruhi  pertumbuhan kapang selama fermentasi adalah kadar air. Kadar air berlebihan menghambat difusi O2 ke dalam biji kedelai dan mengakibatkan pertumbuhan kapang terhambat. Kapang yang berperan dalam proses fermentasi tauco yaitu A. oryzae atau dari jenis R. oryzae dan R. oligosporus. Fermentasi kapang terhenti ketika kapang mulai berspora. Pada saat kapang mulai berspora enzim sudah seluruhnya dikeluarkan dari sel dan produksi enzim cenderung menurun. Setelah fermentasi berakhir perlu dilakukan pengeringan biasanya dijemur di bawah sinar matahari, dan setelah kering dilakukan pemisahan miselia kapang (Frazier 1976 dalam Chapter 2011).
Fermentasi khamir dalam larutan garam merupakan proses fermentasi anaerob. Pada kondisi ini miselia-miselia kapang mati dan fermentasi dilanjutkan oleh mikroba yang sifatnya osmofilik (Pederson 1971 dalam Chapter 2011). Mikroba yang mampu tumbuh dalam tauco adalah bakteri halofilik dan yeast osmofilik, antara lain Pediococcus sp., Bacillus sp., Latobacillus sp., Hansenulla sp., Zygosaccharomyces sp., dan Sacharomyces sp. (Naruki & Fadjono 1984 dalam Chapter 2011).
Selama fermentasi dalam larutan garam, terjadi penurunan pH dari 6,5-7,0 menjadi 4,8-5,0. Pada kondisi ini fermentasi khamir mulai berlangsung. Larutan garam merupakan media selektif bagi pertumbuhan mikroba halofilik, oleh karenanya konsentrasi larutan garam sangat penting pada fermentasi tahap kedua. Makin lama pemeraman makin baik bau dan rasanya, yang ditandai dengan warna tauco (Limbong 1981 dalam Chapter 2011).
Karbohidrat dipecah menjadi dekstrin, maltosa dan glukosa yang dapat dipergunakan sebagai media pertumbuhan khamir dan bakteri pada fermentasi dalam larutan garam (Shibasaki & Hesseltin 1965 dalam Chapter 2011). Selama proses ini terjadi kenaikan jumlah asam-asam organik,  seperti asam laktat, asetat, suksinat dan fosfat. Tauco mempunyai rasa dan aroma yang juga ditimbulkan oleh senyawa glutamat. Asam laktat dan asam organik  yang dihasilkan juga berperan dalam membentuk rasa dan aroma tauco (Naruki & Sardjono 1984 dalam Chapter 2011). Proses akhir fermentasi tauco adalah pemasakan dengan penambahan bumbu dan gula kelapa bila perlu ditambah air sedikit dan pengemasan dalam botol. Bila diinginkan tauco kering  maka setelah pemasakan dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari selama 15 hari (sampai kering dikemas dalam kemasan plastik). Dalam pemasakan enzim-enzim akan rusak sehingga tak terjadi peruraian yang tidak dikehendaki dan bakteri yang hidup dalam rendaman akan mati (Hastuti 1983 dalam Chapter 2011).

KESIMPULAN

Hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa dalam proses pembuatan tauco terdiri dari beberapa tahapan seperti: pencucian kedelai, perendaman, perebusan, penghilangan kulit, penirisan, pendinginan, fermentasi kapang (inokulasi dan inkubasi) dan terakhir perendaman biji kedelai dalam larutan garam. Dalam proses pembuatan tauco ini banyak mikrooraganisme yang berperan salah satunya yaitu kapang dan khamir. Kapang yang berperan dalam pembuatan tauco yaitu: Aspergillus oryzae, Rhizopus digosporus atau Rllizopus oryzae. Sedangkan khamir yang berperan dalam perperan dalam pembuatan tauco yaitu: Pediococcus sp., Bacillus sp., Latobacillus sp., Hansenulla sp., Zygosaccharomyces sp., dan Sacharomyces sp.


DAFTAR PUSTAKA

Achi. 2010. Fermentasi Tauco. http://repository.usu.ac.id [ 19 Desember 2012]
Chapter 2011. Proses Fermentasi Tauco. http://repository.usu.ac.id [ 19 Desember 2012]
Lisa. 2011. Tauco. http://repository.ipb.ac.id [ 19 Desember 2012]
Lord. 2011. Pembuatan dan Fermentasi Tauco. http://lordbroken.wordpress.com [ 19 Desember 2012]

Tidak ada komentar: